Membacalah jika ingin mengenal dunia, Menulislah jika ingin dikenal oleh dunia.Membacalah jika ingin mengenal dunia, Menulislah jika ingin dikenal oleh dunia.


Home » , , » Maafkan Ayah, Nak

Maafkan Ayah, Nak

MAAFKAN  Ayah, Nak…

Hari ini ayah akan melakukan lagi yang biasa ayah lakukan kepadamu, yakni “Ayah meminta maaf kepadamu Nak,”. Ayah harap engkau membuka pintu maaf sebesar-besarnya kepada ayah atas apa yang telah ayah lakukan.

Maafkan ayah, karena ayah kurang sabar dan kurang teliti menyikapi apa yang engkau telah lakukan.

Boleh ayah bercerita sedikit?

Dari semua anak ayah, kamulah yang paling lancar ayah tulis di blog “ummi”-mu. Ayah terkagum atas ketampananmu dan kecerdasanmu sampai kemudian ayah dan ummi bersedih ketika kau “drop out” dari 2 sekolah TK, karena mereka tidak mengerti engkau dan di satu sisi ayah dan ummi pun belum mengerti engkau.

Sangat menyakitkan bagi hati ayah dan ummi ketika guru TK-mu membandingkan tulisanmu yang “aneh” dengan tulisan anak TK seusiamu yang lain dengan secara sengaja memasukkan tulisannya ke dalam bukumu yang tak pernah rapi berulang kali.

Antara tetawa dan sedih ketika kautunjukkan ketidaksukaanmu tentang sekolah dengan membolos sekolah. Ayah tertawa membayangkan seorang murid TK membolos sekolah dan lebih senang menangkap belalang. Ayah tertawa ketika mmmbayangkan engkau bertanya kepada pekerja bangunan “Jam berapa sekarang?” hanya agar engkau tahu kapan waktumu “harus” pulang dari sekolah. Di lain waktu ayah bersedih karena begitu “menakutkannya” sekolah bagi engkau saat itu.

Ayah dan ummi hampir kehilangan kesabaran karena itu. Sampai kemudian Allah mempertemukan ayah dengan “Taare Zaamen Par”-nya Aamir Khan ketika ayah tergeletak lelah di kamar kost di kota Surabaya. Saat itu ayah berbinar binar, dengan mulut berbusa busa ayah mengabarkan kepada ummimu betapa fantastiknya Ishaan Awasthi di layar kaca saat itu. Begitu excite-nya ayah mendownload filmnya. Ayah menemukanmu kembali.

Maafkan ayah karena harus menempuh jalan yang jauh dan lama untuk menemukanmu kembali.

Maafkan ayah sekali lagi soal masalah kemarin, ketika kamu bersemangat di magrib menjelang isya untuk menjenguk tetangga sebelah yang mengalami musibah sehingga anak anaknya menangis dan alih-alih ayah menyemangatimu, ayah memarahimu agar engkau segera pulang karena hari sudah malam. Dalam benak ayah saat itu keberadaanmu tidak akan membuat keaadaan menjadi lebih baik, karena kamu dan “genkmu” akan membuat ramai suasana, tidak membuat tenang sedangkan saat itu orang tua orang tua sudah menanganinya.

Tapi ayah keliru.

Ketika bunda bercerita bagaimana sebelumnya engkau memilih kata-kata “Tenang Naf, nanti ibumu juga sembuh, do’ain aja.” Sebuah kalimat yang spontan dari seorang anak untuk menenangkan rekannya ketika orang orang dewasa bingung memilih kata kata untuk menenangkan anak anak yang menangis. Dan kamu berhasil.

Maafkan ayah. Engkau istimewa.

Sedikit demi sedikit Allah akan bukakan kebaikan kebaikan padamu. Doakan kami untuk bersabar sampai waktumu itu tiba.

Ayah yakin ummi dan Rumaysha tersenyum bangga kepadamu.

Oleh: Anto Joko